Agar Anak Tak Lagi Takut Laba-laba

Daftar Isi
Pernah menghitung, ada berapa jenis laba-laba di sekitar rumah kita? Baik yang habitatnya di dalam rumah maupun di halaman? Lebih dari sepuluh, tentunya. Sedihnya, Ara dan Kira biasanya jejeritan panik ketika menjumpai seekor laba-laba. Sekalipun laba-labanya sekecil kuku mereka, tetap saja mereka ketakutan. Terkadang sampai menangis.

Agar Anak Tak Lagi Takut Laba-laba

Hal ini tentu tidak produktif dan merugikan. Pertama, merugikan si anak sendiri, karena ketakutan ini akan membatasi langkah-langkah mereka. Kedua, merugikan orang tua, karena anak-anaknya jadi sulit diatur ketika laba-laba hadir. Misalnya, mereka akan bersikeras tidak mau tidur ketika laba-laba di kamar belum diusir keluar.

Kalau laba-labanya mudah diusir, dengan senang hati kami akan mengusirnya. Namun seringnya, laba-laba itu lincah. Mereka dengan cepat menyusup ke sela-sela barang atau kolong, lalu tak terlihat lagi. Kalau sudah begitu, si anak dipastikan tetap panik dan suasana jadi memfrustrasikan.

Karena itu, kami memutar otak, bagaimana caranya Ara dan Kira tidak lagi takut berlebihan dengan laba-laba?

Salah satu solusinya, adalah dengan menjadikan mereka, terutama Ara yang sudah 5 tahun, pemberani. Dengan menjadikan Ara pemburu laba-laba!

Dan supaya adiknya yang masih 2 tahun juga turut menikmati (sehingga alam bawah sadarnya menyadari bahwa laba-laba itu tidak semengerikan bayangannya selama ini), kami videokan perburuan kakaknya. Mari kita lihat apakah cara ini berhasil.

Namun, sebelumnya…

Yuk, Berkenalan Dulu dengan Laba-laba

Semua orang pasti tahu hewan berbuku-buku tanpa tulang belakang (artropoda) ini. Sebab, banyak sekali jenis laba-laba. Sekitar 45.800 spesiesnya tersebar ke semua benua di planet ini, mulai dari hutannya hingga kotanya, mulai dari tamannya hingga kamar-kamar penduduknya.

Laba-laba sendiri memiliki beberapa keistimewaan, antara lain:
  • Binatang ini mampu memancarkan sutra (serat-serat protein) yang lengket. Fungsi sutra adalah untuk bahan membangun rumah, melindungi telur, menjerat mangsa, dan sebagai tali pengaman setiap kali ia melompat di ketinggian.
  • Laba-laba peloncat mampu melompat hingga 20 kali dari panjang tubuhnya. Kemampuan ini ideal untuk menerkam mangsa atau kabur dari pemangsanya.
  • Memiliki kemampuan regenerasi. Jadi ketika kaki laba-laba terputus akibat kecelakaan atau pertarungan, kaki itu bisa tumbuh lagi. Luar biasa! Ini seperti cicak yang bisa menumbuhkan kembali ekornya.
Laba-laba adalah binatang pemangsa dan pemakan daging (karnivora), meskipun tidak memiliki mulut pengunyah. Cara makan mereka adalah dengan menginjeksikan cairan (enzim) pelemah melalui sepasang taringnya. Cairan itu akan membuat bagian dalam mangsanya remuk dan lumer, sehingga laba-laba tinggal mengisapnya hingga kering.

Binatang berkaki delapan ini mencari mangsa dengan dua cara utama: menjebak dengan jaring/sarang atau menerkamnya langsung. Spesies laba-laba penjerat atau penjebak biasanya membuat sarang di tempat-tempat strategis, lalu menunggu mangsanya terjerat di jaring yang lengket itu. Sebaliknya, laba-laba pelompat atau penerkam biasanya aktif berburu mangsa, seperti seekor harimau.

Mangsa utama laba-laba adalah serangga. Meskipun bukan tidak mungkin mereka juga memakan hewan-hewan yang lebih besar, seperti kelelawar, burung, ular, dan sebagainya. Terkadang, laba-laba juga kanibal, alias memangsa kaumnya sendiri.

Kebanyakan Anak-anak Takut dengan Laba-laba

Dengan melihat perilaku laba-laba di atas, ditambah dengan penampilannya yang menyeramkan, wajarlah bila banyak anak menakutinya. Jangankan anak-anak, beberapa orang dewasa saja ada yang menjerit-jerit bila bertemu binatang ini.

Padahal faktanya, di antara puluhan ribu jenis laba-laba, hanya sekitar 200 spesies yang berbahaya bagi manusia. Dan itu kebanyakan berada di hutan atau wilayah dekat hutan. Sedangkan di rumah, apalagi dengan kondisi perkotaan besar seperti rumah kami, jarang sekali—bila tidak bisa dibilang tidak ada—laba-laba yang berbahaya.

Itulah yang memberanikan kami untuk membuat kegiatan perburuan laba-laba ini, dengan pemburu utama Ara. Tentu saja di belakangnya, tetap ada kami yang mengawasi sambil menyamar sebagai kameramen, hehehe.

Ara juga dilengkapi dengan pakaian lengan panjang dan sarung tangan sebagai pelindung bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan selama perburuan. Misalnya, sengatan laba-laba atau binatang lainnya.

Supaya dia lebih bersemangat dan merasa berarti, kami memberinya misi spesifik, yakni memotret laba-laba yang berhasil ditemukannya.

Hasil Kegiatan Berburu Laba-laba

Ara menunjukkan tanda-tanda positif. Memang, dia masih takut dengan laba-laba, tetapi tidak separah sebelumnya. Sikap pengendalian dirinya jauh lebih baik. Rupanya rasa takut, sedikit demi sedikit, telah berganti dengan rasa penasaran (cikal bakal sikap ilmiah) dan hasrat untuk mengabadikan gambar “kawan” barunya.

Bahkan, setelah proyek ini, Ara masih suka menyeletuk, “Yah, tadi di sana ada laba-laba. Kita lihat, yuk!” Terkadang, yang dimaksud itu adalah laba-laba yang itu-itu juga, alias spesies yang sudah pernah difoto, hahaha…. Tapi yang terpenting, alih-alih menghindari laba-laba, sekarang Ara malah mencari laba-laba!

Bagaimana dengan adiknya yang masih batita? Kira hanya menikmati perburuan ini lewat video yang sudah kami edit. Di luar dugaan, dia juga menunjukkan antusiasme. Kadang, ketika laptop dibuka dan ada tanda-tanda tampilnya laba-laba, dia merengek untuk menonton kembali video tersebut. Bahkan saat gambar laba-laba di-pause, Kira suka menyentuhkan jarinya ke laptop, lalu terkekeh-kekeh sendiri. Berarti, insyaallah, dia tidak takut lagi dengan laba-laba.

Mau menonton apa yang ditonton Kira tentang perburuan laba-laba yang dilakukan kakaknya? Inilah dia: