Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Trik Memancing Anak Bercerita Soal Hari-harinya di Sekolah

Trik Memancing Anak Bercerita Soal Hari-harinya di Sekolah

Sebagai orang tua yang peduli, kita pasti ingin mengetahui apa saja yang dikerjakan dan dipelajari di sekolah oleh buah hati kita. Terutama ketika mereka masih PAUD atau SD. Problemnya, karakter anak bermacam-macam. Beberapa suka mengobrol dan bercerita panjang lebar, bahkan tanpa diminta. Beberapa suka tutup mulut, bahkan ketika kita sudah memancing-mancingnya.

Untuk tipikal yang kedua--agaknya Ara dan Kira termasuk di dalamnya--kita memang harus lebih kreatif dalam mengajukan pertanyaan. Sebab, pertanyaan monoton dan lempeng seperti, “Sekolahnya tadi bagaimana?” tidak akan mendapat jawaban yang memuaskan.

Menghadapi anak yang kurang komunikatif, perlu pertanyaan-pertanyaan yang sedikit “memutar”. Sekadar memberi contoh, jika mood anak sedang baik atau Anda sudah terlibat dalam pembicaraan yang hangat, cobalah bertanya:

  1. Siapa nama teman sebelahmu di kelas?
  2. Tempat favoritmu di mana saja, sih?
  3. Ngobrol sama siapa saja hari ini?
  4. Kamu ditolong siapa di sekolah tadi?
  5. Siapa yang sudah kamu tolong di sekolah?
  6. Kamu biasanya main apa saat jam istirahat?
  7. Siapa yang tidak masuk hari ini?
  8. Ada yang menangis di kelas, ya?
  9. Siapa yang bandel?
  10. Aktivitas favoritmu waktu istirahat?
  11. Di mana bagian sekolah yang paling tidak kamu sukai?
  12. Kejadian paling seru hari ini?
  13. Bekalmu habis?
  14. Ayah/Bunda lagi kepengin tertawa. Coba, adakah cerita lucu di kelas?
  15. Pelajarannya sulit?
  16. Ada yang sangat menarik di pelajaranmu tadi?
  17. Apa pesan guru yang kamu ingat dan layak dicatat?
  18. Dan seterusnya.

Tentu saja, percakapan seharusnya tidak berhenti ketika si anak menjawab. Galilah lebih dalam dengan pertanyaan-pertanyaan yang lainnya. Ya, seperti wartawan yang mengeksplorasi narasumbernya.

Namun ingat etikanya: jangan menghakimi. Sebagai orang tua yang merasa lebih banyak pengalaman, sering kita tergoda untuk memvonis atau memberi anak nasihat panjang. Tahukah Anda, kemungkinan besar itu akan membuatnya menyesal telah bercerita. Lain kali, dia tidak akan mau berbagi cerita dengan kita. Fatal, kan?

Maka sebaiknya, jadilah pendengar yang baik. Beri semangat, puji, tersenyum, atau sekadar mengangguk-angguk penuh perhatian. Kalaupun ada yang mendesak di situ, misalnya ada tanda-tanda seseorang yang diduga pedofil, tetap jangan menghakimi atau memarahinya. Lakukan dengan berhati-hati untuk memberi tahunya.

Sekali anak merasa nyaman, untuk berikut-berikutnya mudah-mudahan dia akan selalu terbuka kepada kita.