Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Proyek Telepon Kaleng

Proyek Telepon Kaleng

Proyek ini bermula ketika putri pertama kami, Ara, menonton acara televisi kesayangannya, Upin-Ipin. Di salah satu episodenya, Upin dkk. bermain telepon-teleponan menggunakan kaleng bekas dan kabelnya berupa benang.

Ara yang penasaran lalu menanyai kami, "Apa bisa begitu?"

Tentu saja bisa! Telepon kaleng semacam ini adalah mainan kami juga sewaktu kanak-kanak dulu. Prinsip telepon sederhana ini juga yang mengawali teknologi komunikasi bernama telepon, seperti yang lazim kita gunakan saat ini.



Bagaimana Telepon Kaleng Bekerja?

Gelombang suara merambat melalui medium atau perantara. Jadi ketika seseorang berbicara, lawan bicaranya dapat mendengar karena adanya medium. Biasanya, medium tersebut adalah udara.

Namun medium pegantar suara yang terbaik justru bukan gas atau udara, melainkan benda padat. Bahkan mediun benda cair masih lebih baik sebagai pengantar suara ketimbang medium udara. Oleh sebab itu, suara yang dihasilkan ketika kita bercakap-cakap seperti biasa (medium udara) masih kalah jelas dengan ketika kita membisiki lawan bicara dengan corong yang merupakan benda padat.

Prinsip kerja telepon kaleng pun demikian. Suara pembicara akan merambat dari kaleng satu ke kaleng satunya melalui perantara benda padat, yaitu benang.

Alat dan Bahan Telepon Kaleng

Setelah dijawab "bisa", Ara terus merajuk untuk mencoba sensasi bertelepon kaleng. Namanya juga anak kecil. Maka kami pun terpaksa melirik-lirik di sekitar, mencari bahan yang sekiranya diperlukan untuk membuat telepon kaleng. Antara lain:
  1. Dua kaleng logam atau kaleng susu sebagai pesawat telepon
  2. Benang bol atau tali kasur sebagai kabel (panjangnya minimal 5 meter, supaya sensasi bertelepon jarak jauhnya kena)
  3. Pisau, paku, dan ulekan untuk melubangi kaleng
  4. Lidi sebagai penahan benang di kaleng
  5. Gunting untuk memotong benang
Setelah mengorek-ngorek di gudang, alat dan bahan dinyatakan tersedia semua! Kami pun meluluskan permintaan Ara untuk menggarap proyek sains sederhana ini. Hitung-hitung, kami juga bernostalgia ke zaman kecil dulu.

Alat dan Bahan Pembuatan Telepon Kaleng

Cara Membuat Telepon Kaleng Susu

Membuat telepon kaleng sangatlah mudah. Pekerjaan ini bisa selesai kurang-lebih dalam lima menit, asalkan bahannya sudah siap. Berikut langkah-langkahnya:
  1. Hilangkan atap atau alas kaleng susu menggunakan pisau dan ulekan (atau pembuka kaleng lebih praktis)
  2. Buat satu lubang kecil di tengah-tengah atap/alas yang tersisa dengan paku
  3. Potong benang bol dengan panjang minimal lima meter
  4. Masukkan benang melalui lubang kecil tadi, untuk menghubungkan kaleng satu dengan lainnya
  5. Ikatlah dengan patahan lidi, lalu buatlah simpul sehingga benang tidak lepas
Untuk jelasnya, bisa ditonton langsung di videonya.

Jalannya Percobaan Telepon Kaleng

Percobaan pertama kami lakukan dengan benang kendur alias kurang tegang. Karena Ara rupanya belum mengerti bahwa benang harus tegang supaya bisa mengantarkan suara dengan baik. Setiap kali Bunda menarik (agar benangnya tegang), dia malah maju, sehingga benang itu melengkung ke bawah lagi.

Hasilnya, suara Ara tidak terdengar di kaleng penerima.

Maka, kami ulangi percobaannya. Pada percobaan kedua, kami beri pengertian Ara terlebih dahulu agar tidak ikut maju ketika Bunda menarik benangnya. Percobaan kedua ini berjalan sukses. Suara Ara terdengar jernih, meskipun agak mendengung.

Ara girang bukan kepalang! Fantasinya bisa seperti Upin-Ipin terwujud juga. Bunda dan Ara pun telepon-teleponan. Mereka bergantian berbicara dan mendengar. Di sambungan telepon itu, Ara mengoceh apa saja. Saking semangatnya, suaranya lama-lama kencang.

“Kalau suaranya gitu, nggak perlu pakai telepon kaleng juga semua orang sudah dengar,” sindir Yayah.

Ara pun cengengesan.

Eksperimen dinyatakan berhasil, muncullah gagasan dari Yayah untuk mengaplikasikan telepon kaleng ini supaya bermanfaat secara praktis. Ide awalnya, telepon kaleng diletakkan di pagar, dengan benang yang terentang tegang, terhubung ke ruang tamu.

Jadi, tamu tinggal mengetuk-ngetuk kaleng untuk memberi tahu kedatangannya. Berikutnya, dia bisa bicara dengan orang di dalam rumah melalui telepon kaleng yang tersedia.

Kami antusias untuk menguji ide penerapan telepon kaleng ini, meskipun banyak keraguan terkait ide ini. Keraguan paling mendasar, apakah telepon kaleng dapat berjalan ketika benangnya menekuk?

Karena pasti benang tertekuk jika ide ini diaplikasikan. Tertekuk setidaknya dua kali: di pagar dan di jendela ruang tamu.

Kami pun melakukan percobaan ketiga. Benang untuk telepon kaleng kami ganti dengan yang lebih panjang. Setelah itu, benang tersebut kami belokkan ke pohon yang terletak di antara pembicara (Ara) dan pendengar (Bunda).

Hasilnya, Bunda ternyata tidak mendengar apa-apa.

Kesimpulan Proyek Telepon Kaleng Homerie

Percobaan pertama gagal, kemungkinan karena benangnya kurang tegang. Terbukti, ketika benangnya diluruskan dan ditegangkan pada percobaan kedua, suara pembicara terdengar jelas.

Sedangkan percobaan ketiga, kami mengalami kegagalan lagi kemungkinan karena benangnya membelok, meskipun benangnya sama tegangnya dengan percobaan kedua.

Secara garis besar, proses yang terjadi di telepon kaleng kurang-lebih seperti ini. Ketika Ara berbicara, gelombang suaranya menggetarkan kaleng pembicara, lalu menggetarkan benang. Jika benangnya tegang dan lurus, gelombang suara itu akan terus merambat, hingga menggetarkan kaleng pendengar. Bunda pun bisa mendengar kata-kata dari Ara.

Namun, bila benangnya kendur (percobaan 1) atau membelok (percobaan 3), getaran dari gelombang suara akan teredam, bahkan berhenti merambat. Akibatnya, suara Ara tidak terdengar di kaleng pendengar.

Berikut video yang merangkum keseluruhan Proyek Telepon Kaleng ini: