Latihan Lompat Tali demi Mengejar Ketertinggalan

Daftar Isi
Latihan Lompat Tali demi Mengejar Ketertinggalan

Sejujurnya, Ara dan Kira tidak terlalu baik motoriknya. Sebagai ilustrasi, Ara baru bisa berjalan ketika umur dua tahun. Sedangkan Kira, usia dua tahun malah baru belajar berdiri. Ketika anak-anak sepantaran mereka sudah bisa berlari, melompat (bahkan mungkin lompat tali), dan terampil melakukan kegiatan-kegiatan fisik lainnya, Ara dan Kira masih begitu-begitu saja.

Namun, hal ini tidak lantas membuat kami bersedih. Sejak awal, di benak kami sudah tertanam pemahaman bahwa masing-masing anak lahir selalu dengan kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri.

Toh dalam perkembangan berikutnya, Ara menjadi gadis yang lincah dan suka berlarian juga seperti teman-temannya. Bahkan daya tahan fisiknya sepertinya di atas rata-rata.

Pernah, dia ikut Jalan Sehat dalam rangka Agustusan di kompleks kami. Belum ada separuh jalan, anak-anak seusianya, bahkan yang lebih tua darinya, satu per satu sudah minta gendong. Sedangkan Ara, terus berjalan ceria di atas kedua kakinya sendiri, dengan kecepatan berjalan normalnya orang dewasa. Padahal, umurnya waktu itu masih sekitar tiga tahun.

Ara umur 3 tahun saat Jalan Sehat


Sesekali, dia memang meminta gendong. Namun Yayah dan Bunda tidak mengabulkannya, karena tahu dia meminta gendong hanya karena melihat anak-anak lainnya digendong. Ara punya potensi di fisiknya.

Berangkat dari situ, Yayah dan Bunda terus memfasilitasi kemauannya untuk mengejar ketertinggalannya di bidang sistem kinestesia. Salah satunya dengan olahraga. Selain jalan kaki yang biasa dilakukan Ara, kami juga mulai mengenalkan olahraga atau permainan lompat tali.

Kenapa Lompat Tali

Lompat tali adalah olahraga yang murah, tetapi banyak manfaatnya. Bermain lompat tali bisa sendirian atau bersamaan dengan teman-teman. Dua-duanya menyehatkan, karena selalu ada fungsi aerobik (menguatkan jantung dan paru-paru) di gerakan-gerakan lompat tali. Di samping itu, bermain lompat tali juga dapat melatih kekuatan serta kelincahan kaki kita.

Atlet bulutangkis, karate, tinju, bola, dan hampir semua jenis olahraga mementingkan skipping atau lompat tali ini sebagai salah satu porsi latihannya.

Jadi, ini permainan profesional sebenarnya. Tetapi alatnya sama sekali tidak mahal. Tali yang digunakan dapat berupa skipping (yang bisa dibeli di toko olahraga manapun) atau tali dari rangkaian karet-karet gelang.

Kalau tali skipping biasanya panjangnya standar, tidak ada yang untuk anak-anak. Sebaliknya, tali dari karet gelang bisa kita atur panjangnya. Di samping itu, karena terbuat dari karet, teksturnya lentur, sehingga tidak sakit bila bertabrakan dengan kaki.

Bagaimana Cara Lompat Tali

Selain murah, lompat tali itu juga mudah. Untuk bisa memainkannya, tidak harus secekatan atau sekuat atlet dulu. Anak-anak kecil pun bisa. Untuk bisa menguasai permainan ini, kita hanya perlu mencobanya langsung. Praktik, praktik, dan praktik! Semakin sering praktik, semakin mahir. Tidak perlu terlalu banyak teori.

Untuk Ara, ada tiga jenis latihan yang Yayah persiapkan:
  1. Solo. Main tali sendirian. Idealnya, ukuran tali harus disesuaikan dengan tinggi badan penggunanya.
  2. Hands-free. Main tali dengan bantuan dua orang yang masing-masing memegang dan memutar-mutar tali. Ini seperti permainan anak-anak (biasanya cewek).
  3. Couple. Main tali berpasangan. Tingkat kesulitannya lebih tinggi di sini, karena fokus bukan saja ke tali. Kedua pemain juga harus bisa saling menyesuaikan irama lompatan agar tali terus berputar.
Untuk lebih jelasnya, silakan ditonton lewat video ini:


Awalnya, Ara tidak bisa satu pun dari ketiga latihan lompat tali ini. Tetapi setelah beberapa hari berlatih, dia mulai lancar bermain tali. Lumayanlah, untuk ukuran anak yang umur 6 tahun saja belum. Terutama untuk latihan yang kedua (hand-free) dan ketiga (couple).

Untuk latihan skipping yang pertama (solo), dia terkendala panjang tali, sehingga kurang sempurna melakukannya. Lompatannya hanya sepenggal-sepenggal, tidak berkesinambungan. Namun kami yakin, seiring dengan bertambah tinggi tubuhnya, kelak dia akan dapat menguasai berbagai gerakan lompat tali hingga mahir.