Jangan Panik Saat Ular Masuk ke Kebun atau Rumah

Daftar Isi
Jangan Panik Saat Ular Masuk ke Kebun atau Rumah

Beberapa hari yang lalu, Kebun Homerie kemasukan ular. Yang merepotkan, ular ini tercebur di dalam sumur. Yayah yang pertama memergokinya. Kami cukup kaget dan bingung. Bagaimanapun, ular ini harus dievakuasi!

Sebab, kalau tidak dikeluarkan, air sumur bisa tercemar. Entah karena feses, urine, atau zat-zat lain yang ia keluarkan. Apalagi kalau mati di sana, pasti bangkainya mencemari air sumur. Di lain sisi, kalau harus dikeluarkan, bagaimana caranya?


Cara Membedakan Ular Berbisa dan Tidak Berbisa

Cara Membedakan Ular Berbisa dan Tidak Berbisa

Saat kami bingung, ular itu terus berenang melingkar, menyusuri dinding sumur. Sesekali, ia berusaha memanjat dinding sumur, tetapi terpeleset terus karena dinding yang licin.

Ia juga terkadang membelit pipa pompa di sana untuk beristirahat, sekaligus meniti jalan keluar. Sayangnya, pipa tersebut tidak sampai mulut sumur, jadi bisa dipastikan usahanya akan sia-sia.

Kami ingin menolongnya, tetapi kami juga takut. Jangan-jangan, ular ini akan menyerang balik penolongnya. Atau menyemburkan bisa. Dari beberapa referensi, kita bisa menduga apakah ular berbisa atau tidak dari kepala, mata, dan hidungnya.

  1. Kepala. Ular berbisa biasanya memiliki kepala yang lebih besar dan berbentuk segitiga. Kepalanya lebih tebal karena memiliki kelenjar bisa. Sebaliknya, ular tidak berbisa memiliki kepala yang lebih kecil dan bulat.
  2. Pupil mata. Pupil ular berbisa sering berbentuk vertikal. Fungsinya untuk menyesuaikan cahaya dan mengukur jarak dengan mangsanya. Sedangkan ular tidak berbisa memiliki pupil mata yang bulat dan tidak memiliki kemampuan untuk melebar atau menyempit.
  3. Lubang hidung. Ular berbisa memiliki lubang panas di sekitar hidung dan mata. Fungsinya untuk mendeteksi perbedaan suhu mangsa dan memudahkan melacak mangsa yang sedang bergerak. Sementara ular tidak berbisa tidak memiliki lubang panas.

Kabar baik. Dari pantauan sekilas, sepertinya ular di dalam sumur ini bukan ular berbisa. Namun, ular apakah ini?

8 Jenis Ular yang Biasa di Kebun

8 Jenis Ular yang Biasa di Kebun

Sebenarnya, ini bukan pertama kalinya rumah kami kedatangan ular. Maklum, di samping rumah kami, ada rumah kosong yang terkadang ilalangnya dibiarkan liar seperti hutan. Di belakang rumah kami, juga ada tanah kosong yang ditumbuhi aneka rumput dan gulma.

Beberapa rumput ada yang tumbuh merambati tembok. Kami duga, rumput itulah yang menjadi pintu masuk ular ke Kebun Homerie. Biasanya, ularnya berwarna gelap. Namun, pernah juga ada ular kecil berwarna hijau.

Kalau Ayah-Bunda tinggal di rumah dengan kebun rimbun, atau dikepung dengan lahan kosong seperti kondisi kami sekarang, sebaiknya waspada. Setidaknya, kenali jenis-jenis ular yang biasa ditemukan di kebun supaya tahu cara menanganinya.

1. Ular Hijau Ekor Merah

Ular hijau ada dua macam. Yang pertama adalah viper hijau atau ular hijau berekor merah. Ular ini termasuk berbahaya karena memiliki bisa.

Ciri ular ini yaitu ukurannya sedang, agak melebar, dan tidak begitu lincah. Hampir seluruh tubuhnya berwarna hijau dengan bagian bawah kekuningan, dan bagian ekornya berwarna kemerahan.

2. Ular Pucuk

Jenis ular hijau kedua yaitu ular pucuk. Disebut ular pucuk karena bentuk kepalanya mirip dengan pucuk tanaman yang runcing berwarna hijau cerah dan panjang, serta matanya yang berukuran agak besar. Ukuran tubuhnya ramping dan panjangnya bisa mencapai dua meter.

Ular ini memiliki bisa yang tidak terlalu berbahaya. Efek gigitannya relatif ringan, seperti berupa pembengkakan di daerah gigitan.

3. Ular Weling

Habitat ular ini adalah perkebunan, hutan, semak belukar, dan lahan pertanian. Ular weling memiliki ciri yang sangat menonjol, yaitu sisiknya yang belang hitam-putih. Panjang tubuhnya mencapai 155 cm, dengan kepala yang terlihat lonjong dan menyatu dengan badan, serta ekornya yang runcing.

Ular weling termasuk hewan nokturnal, meski mereka juga bisa muncul di siang hari. Ular ini memiliki kebiasaan menyembunyikan kepalanya di bawah gulungan badannya kalau sedang terancam.

4. Ular Welang

Ular welang mirip dengan ular weling. Hanya warnanya berbeda. Ular weling berwarna hitam putih, sedangkan ular welang berwarna kuning hitam. Ciri-ciri lainnya yaitu mempunyai mata berwarna hitam dan ukurannya cukup besar.

Ular ini biasanya hidup di sekitar pemukiman, lubang hewan pengerat di dekat air, atau gundukan rayap. Ular ini berbahaya. Gigitannya bisa menyebabkan gejala seperti pusing, diare, sakit perut, muntah, bahkan kegagalan pernapasan dan kematian.

5. Ular Tanah

Ular ini memiliki corak di bagian punggung yang sangat unik, yakni berupa susunan segitiga dengan warna kecokelatan. Warna ini mirip dengan tanah dan dapat menyamarkannya dengan serasah (tumpukan sampah organik, biasanya berupa daun kering).

Ular tanah menyukai hutan pantai, rumpun bambu, lahan pertanian yang terbengkalai, kebun buah, dan perkebunan.

Dikenal sebagai ular pemarah dan cepat menyerang jika terancam, ular ini memiliki racun yang bisa menyebabkan rasa sakit yang parah dan pembengkakan lokal, tetapi sedikit sekali kasus kematian yang terjadi akibat gigitan ular ini.

6. Ular Picung

Bagian leher belakangnya yang berwarna kemerahan mirip buah picung atau kluwek, yang biasa digunakan untuk memasak rawon. Panjang ular ini mencapai 1,3 meter, dengan kepala berwarna kehijauan seperti hijau zaitun.

Tubuh bagian atas ular ini berwarna kecokelatan dan memiliki pola menyerupai papan catur. Sedangkan bagian bawah tubuhnya berwarna kekuningan.

Ular picung hidup di tempat-tempat lembap atau sekitar sumber air. Juga bisa ditemukan di persawahan dan perkebunan. Ular ini memiliki bisa yang mematikan walaupun jarang sekali menggigit.

7. Ular Cabai

Adalah ular berbisa dengan bentuk yang kecil. Sebutan “ular cabai” berasal dari bagian bawah ekornya yang berwarna kemerahan yang cerah, persis buah cabai. Panjang tubuhnya tergolong pendek, hanya mencapai 60 cm.

Kepalanya kecil, hampir sama lebar dengan lehernya. Tubuh bagian atasnya berwarna kehitamam dengan satu garis berwarna keputihan, kekuningan, atau jingga.

Ular cabai tinggal di hutan yang lembap dan sering terlihat di sawah, perkebunan, dan pekarangan. Ular nokturnal ini sering ditemukan di bawah kayu, tumpukan bebatuan, dan serasah.

Meskipun kecil, ular cabai memiliki bisa yang kuat dan mampu melumpuhkan saraf. Gejala yang muncul jika tergigit ular ini adalah pusing, mual, kesulitan bernapas, pembengkakan dan sakit di area gigitan, bahkan kematian jaringan.

8. Ular Tikus

Ular tikus merupakan sebutan umum bagi spesies ular tidak berbisa dan menyukai aneka jenis tikus liar. Ular jenis ini dianggap menguntungkan oleh para petani karena dapat membantu mengendalikan atau mengurangi hama tikus di perkebunan atau sawah.

Ular tikus memiliki tubuh ramping, silindris, dan gesit. Mereka membunuh mangsanya dengan cara membelit.

Selain di area pesawahan atau perkebunan, ular tikus juga bisa ditemukan di hutan, daeras sekitar sungai, sabana, pemukiman penduduk, kuburan, bahkan tempat pembuangan sampah, tempat tikus-tikus berkeliaran dalam jumlah yang banyak.

Kami belum bisa memastikan ular apa yang di dalam sumur itu. Mungkin ular tikus. Mungkin juga ular tanah. Bagaimanapun, karena ularnya kecil, akhirnya Yayah memberanikan diri menolongnya.

Proses Evakuasi Ular dari Sumur

Proses Evakuasi Ular dari Sumur

Melirak-lirik alat-alat di sekitar sumur, yang paling masuk akal adalah menggunakan timba yang terhubung tali. Jadi, Yayah mengambilnya.

“Mundur!” Yayah mengingatkan Ara dan Kira. “Takutnya, ularnya nanti lompat atau bergerak cepat ke mana aja.”

Sebenarnya, memanfaatkan timba ini kurang tepat. Bayangkan bila ular itu merambat cepat melalui tampar, pilihan Yayah tinggal dua:

  1. Melepas tampar (sekaligus timba). Ini mengakibatkan dua masalah: ular kembali jatuh ke sumur dan kami kehilangan timba.
  2. Yayah terus mengangkat timba itu ke permukaan. Ini berisiko ular mematuk tangan Yayah.

Dua-duanya tidak enak, bukan?

Untungnya, sang ular enggan digiring ke timba. Ia selalu menghindar. Di lain sisi, Yayah sulit mengontrol pergerakan timba melalui tali tampar. Air yang terjaring di timba pun membuat pergerakannya berat.

Usaha kedua Yayah, menggunakan dahan pohon yang panjang dan bercabang, juga nihil. Ular cenderung menghindari dahan itu, dan pergerakan Yayah juga lambat karena dahannya berat.

“Pakai tongkatku aja!” usul Ara, sembari menunjukkan dahan kayu yang relatif lurus. Di ujung tongkat itu, ada sedikit lengkungan.

Awalnya, Yayah menolak, karena tongkat itu hanya satu meter. Artinya, jarak antara tangannya dan ular lebih dekat. Ga bahaya, ta!? Namun, apa salahnya dicoba! Toh, ketika ular merambat makin mendekat, Yayah bisa melempar tongkat enteng itu (beserta ularnya) keluar pagar.

Bismillah!

Yayah pun mulai mengait-ngait ular di sumur dengan lengkungan tongkat Ara. Karena dahannya ringan, ia mudah mengimbangi gesitnya pergerakan ular di air.

Tidak perlu waktu lama, ular pun membelit tongkat. Ia tidak merambat menghampiri tangan Yayah sebagaimana yang dikhawatirkan. Ular itu hanya terdiam lunglai di ujung tongkat. Mungkin kecapekan lantaran lama berenang, hehehe.

Yayah lantas mengangkatnya. Lalu, memindahkannya ke luar pagar dan mengempas-empasnya agar belitannya lepas di taman depan rumah. Alhamdulillah, lepas!

Kok, tidak dibunuh?

Kenapa harus dibunuh? Sebagai keluarga penyayang binatang, membunuh adalah opsi terakhir. Meskipun ular adalah ular. Kita jangan sekali-sekali berharap binatang melata ini akan mengingat jasa penolongnya. Tetap harus waspada.

Cara Mencegah Datangnya Ular ke Kebun

Cara Mencegah Datangnya Ular ke Kebun

Dahulu, di depan kamar kami ada pohon belimbing. Saat Bunda secara tidak sengaja melihat ke luar jendela, ada ular pucuk sedang menggantung di salah satu dahannya. Bunda ngeri membayangkan kalau ada orang lewat di bawah dahan tersebut, sementara di atasnya ada ular. Hiii…

Memiliki bisa atau tidak, ular tetap hewan berbahaya. Penting bagi kita untuk berusaha mencegah datangnya ular ke kebun atau masuk rumah. Saran kami:

  1. Pastikan kebun selalu rapi dan bersih. Hindari gundukan sampah atau barang, termasuk serasah. Kalau di halaman atau kebun banyak daun kering, lebih baik dijadikan kompos sekalian dalam komposter yang tertutup.
  2. Kalau ada pohon atau tanaman yang rimbun, setiap kali akan mendekatinya, amati dulu apakah di sana ada ular atau tidak.
  3. Pastikan saluran pembuangan air tertutup atau bersih. Jangan sampai ada sampah atau lubang yang menjadi tempat keluar-masuk ular.
  4. Cepat tanggap jika menemukan sisik ular atau telur ular di kebun. Sebelum menemukan ular di dalam sumur, Yayah sempat menemukan beberapa telur kecil berwarna putih tertanam di tanah. Entah itu telur kadal, bunglon, atau ular.
  5. Waspadalah jika banyak tikus di rumah. Bisa jadi tikus-tikus itu memancing kedatangan ular.
  6. Sebaiknya, gunakan sepatu bot untuk melindungi kaki pada saat berkebun. Ular bisa datang dari mana saja dan merayap cepat.
  7. Jangan panik ketika menjumpai ular. Pelajari jenisnya, sehingga tahu kemampuannya. Pantau ke mana arah ular bersembunyi atau bergerak. Gunakan tongkat untuk mengusirnya. Namun jika ularnya besar dan diduga berbisa, segera hubungi petugas pemadam kebakaran.

Keberadaan ular sangat penting dalam ekosistem. Ia adalah predator utama tikus. Jadi, sebisa mungkin jangan membunuhnya. Kecuali, tentu saja, bila sudah mengancam keselamatan anggota keluarga kita.