Jangan Takut dengan Vampir

Daftar Isi
Jangan Takut dengan Vampir

Vampir atau mayat hidup pengisap darah adalah salah satu hantu yang ditakuti anak-anak hingga orang dewasa. Ayah-Bunda tidak takut juga, bukan? Banyak sekali nama dan bentuk vampir, di antaranya:

  • Drakula atau Nosferatu: vampir Eropa
  • Shtriga: Burung atau penyihir peminum darah Yunani
  • Asanbosam: Kera vampir dari Afrika, bergigi besi dan tinggal di pepohonan
  • Jiangshi: Vampir Cina,
  • Kuyang Pontianak atau Leak Bali
  • Dan masih banyak lagi

Kita tidak perlu repot-repot mencari tahu, menghafal, atau bahkan mempelajari varian vampir itu. Toh, percaya pada hantu bukan termasuk 6 Rukun Iman, hehehe…

Sekilas tentang Vampir dan Drakula

Vampir dulunya juga manusia, tetapi sudah meninggal. Ajaibnya, dia hidup kembali dari kubur atau dari peti matinya. Makanannya bukan lagi roti, mi, atau nasi. Mayat hidup ini sukanya darah, saripati kehidupan manusia.

Vampir yang paling terkenal, tentu saja adalah Drakula. Pernah baca atau menonton Dracula karya Bram Stoker?

Tokoh vampir terkuat di dunia itu terinspirasi dari Vlad Tepes, seorang pangeran kejam yang benar-benar berkuasa di Transilvania, Romania-Hungaria. Dracula sebenarnya adalah nama keluarganya, yang berarti naga.

Namun, Vlad yang asli tidak meminum darah, punya kekuatan gaib, atau hidup abadi seperti vampir. Dia sama sekali bukan vampir!

Hanya, menurut salah satu penelitian, Vlad menderita porfiria. Penyakit darah yang langka ini membuat kulitnya sensitif terhadap matahari. Sehingga terpaksa, sang pangeran hanya beraktivitas dalam gelap, alias di malam hari. Namun, bukan untuk mengisap darah!

Makhluk pengisap darah memang ada. Contoh sederhananya, nyamuk, lintah, bahkan sebagian kelelawar juga. Vampire bat ini suka menggigit hewan ternak besar, biasanya yang gerak tubuhnya kurang fleksibel seperti sapi, lalu meminum darah korbannya melalui lidah. Barangkali, karena itu vampir diceritakan dapat berubah jadi kelelawar.

Wabah yang Menyebarkan Isu Vampir

Di Eropa, sekitar abad 18, pernah ada wabah pes. Mayat berserakan di mana-mana. Namanya wabah, orang-orang pada panik. Saking paniknya, sampai-sampai penderita yang belum meninggal pun ada yang langsung dikubur, daripada berisiko menularkan kepada yang masih sehat.

Jadi, bayangkan, orang yang masih sakit itu bangun tidur. Tahu-tahu, dia sudah berada di dalam peti mati. Jelas dia panik, berontak, jerit-jerit!

Orang luar yang mendengar suara-suara dari dalam kubur itu bukannya menolong, malah galau, "Ya Tuhan, itu pasti mayat yang mencoba hidup kembali!"

Namun, begitu kuburan atau petinya dibongkar, orangnya sudah benar-benar meninggal. Mungkin karena lemas, kehabisan napas, lapar, atau haus. Akan tetapi, di peti matinya, terlanjur ada bekas-bekas gebrakan atau cakaran, yang ditengarai sebagai kelakuan vampir.

Masyarakat yang sudah ketakutan dengan bergentayangannya vampir-vampir yang membunuh warga dan ternak, akhirnya berencana membongkar semua kuburan sambil bawa cangkul, celurit, linggis, atau apapun sebagai senjata melawan vampir.

Begitu peti-peti itu dibuka, dugaan mereka terkonfirmasi. Sebagian mayat di sana tampak gemuk. Ada darah meleleh di bibir mereka, seolah mayat-mayat itu baru saja berpesta darah manusia.

Padahal, membengkaknya jenazah itu wajar. Sebab, bakteri di perut jenazah menimbulkan gas. Dan gas ini berusaha keluar dari tubuh. Menggelembunglah badannya.

Lalu, soal darah yang keluar dari mulut, bisa jadi akibat dari penyakit yang dideritanya semasa hidup. Entah itu kolera, tuberkulosis, pes, lepra, atau tipus.

Dugaan vampir juga muncul karena sebagian mayat lainnya terlihat bertambah panjang rambut, kuku, dan gigi taringnya. Padahal, itu juga peristiwa yang alami. Setelah membengkak, jenazah lama-lama akan menyusut, mengeriput, atau mengering. Sehingga, rambutnya jadi tampak lebih panjang, gigi lebih menonjol, kuku-kukunya juga seperti memanjang. Padahal, tidak.

Kaisar perempuan Austria saat itu, Maria Theresia, sempat menyuruh dokter pribadinya memeriksa ke lokasi. Kesimpulan sang dokter, vampir cuma gosip yang tidak terbukti secara sains. Sang kaisar akhirnya mengeluarkan peraturan yang melarang warga membongkar-bongkar kuburan lagi.

Bagaimanapun, vampir terlanjur menjadi bahan obrolan yang menarik di kalangan rakyat jelata.

Jadi, Ya, Vampir Hanya Khayalan

Belum yakin? Masih takut dengan vampir?

Menurut cerita, ada dua kemungkinan kalau kita digigit vampir: mati kehabisan darah atau menjadi vampir juga. Jika vampir sudah ada sejak abad 18, dan mereka butuh minum darah tiap hari, kira-kira bagaimana nasib ras manusia? Lama-lama, tentu habis kita. Entah karena mati, atau jadi vampir juga.

Sekarang, setelah tiga abad, lihatlah ke kanan-kiri! Di sekitar kita, vampir atau manusia? Kenapa manusianya masih banyak?

Itu artinya, makhluk-makhluk seperti vampir sebenarnya tidak pernah ada di muka bumi ini. Adanya hanya di novel, film, atau obrolan warga. Biasalah, kalau membicarakan hantu, kebanyakan orang tidak melihat sendiri. Mereka hanya mengulang cerita yang pernah didengarnya.

Sikap Ortu terhadap Anak yang Takut Vampir

Yang menjadi perhatian kita selaku orang tua seharusnya adalah bagaimana supaya buah hati kita tidak takut lagi dengan hantu. Memang sulit, apalagi di Indonesia yang sebagian masyarakatnya masih hobi membicarakan hal-hal semacam ini.

Namun setidaknya, ada tiga usaha yang bisa kita lakukan sebagai orang tua:

Pertama, jauhkan anak dari bacaan atau tontonan berbau supernatural, meskipun itu hanya untuk hiburan. Tidak akan rugi apa-apa, kok! Malah untung, karena pikiran, tenaga, dan waktu si anak bisa lebih dicurahkan untuk hal-hal yang berguna untuk masa depannya. Misalnya, sains, teknologi, seni, olahraga, atau agama. Dia juga takkan ciut nyali, misalnya, ketika kita memintanya mengambilkan sesuatu di gudang belakang pada malam hari.

Kedua, biasakan si kecil berpikir rasional. Alihkan perhatiannya pada ilmu-ilmu yang memerlukan nalar dan nantinya dibutuhkan banyak orang di negara-negara maju. Kalau sikap ilmiah sudah terbentuk, lama-lama, klenik atau mistik tidak akan menarik perhatiannya. Justru, dia akan merasa geli ketika teman-temannya takut pada hal-hal irasional tersebut. Termasuk tentang vampir ini.

Ketiga, tonton video Homerie tentang vampir berikut ini. Di sini, Ara menjelaskan mengapa eksistensi makhluk pengisap darah ini sebenarnya meragukan secara sains. Ara juga dulunya takut dengan vampir. Namun setelah diajak “meriset” dan membuat video ini, dia tidak takut lagi.

Selamat menonton!