I Can Do: Aplikasi Pendidikan Usia Dini yang Sesuai Kurikulum 2013

Daftar Isi
I Can Do: Aplikasi Pendidikan Usia Dini yang Sesuai Kurikulum 2013
  • Nama Aplikasi: I Can Do atau ICANDO
  • Genre: Gim Edukasi
  • Platform: Situs web, aplikasi Android, dan aplikasi iOS
  • Kreator: Syaiful Lokan
  • Developer: PT ICD Karya Indonesia
  • Peluncuran: 2 Mei 2018
  • Harga: Gratis untuk materi-materi dasar

Terlepas dari pandemi COVID-19 yang melanda seluruh dunia selama lebih dari setahun, pembelajaran daring memang sudah mulai ngetren. Sebagaimana tren work from home alias remote work yang sudah mulai banyak dilakukan, sekalipun seandainya tanpa pandemi.

Tanpa pandemi, sudah makin banyak orang tua yang, misalnya, memilih menerapkan homeschooling alias sekolah rumah bagi anak-anaknya. Apalagi saat segala macam menjadi dibatasi karena bergentayangannya virus korona seperti sekarang.



ICANDO Hadir sebagai Solusi Pengganti Pendidikan PAUD

Kami sendiri sebenarnya tahun lalu waktunya memasukkan Kira ke TK A. Namun, lantaran pandemi COVID-19 dan variasi-variasinya belum kunjung sirna, ada ketakutan juga sekolah menjadi klaster baru penularan korona.

Sebagai orang tua, kita selalu bisa mengajari sendiri anak-anak kita apa saja. Namun, sempatkah kita? Tahukah kita apa-apa yang harus diajarkan agar dapat sinkron dengan kurikulum pendidikan secara nasional?

Maka, saat itu kami berpendapat, sebaiknya tidak perlu mencari sekolah konvensional dulu untuk Kira. Cukup dengan kursus-kursus, sekolah informal, dan permainan-permainan edukatif yang dibuat berdasarkan kurikulum nasional, seperti ICANDO. Hal-hal lainnya yang tidak diperoleh dari sumber-sumber itu baru akan kami ajari sendiri.

Dengan begini, Kira tetap kaya wawasan dan tidak “berbeda” dengan anak-anak umumnya, terutama jika sewaktu-waktu dia harus kembali ke sekolah konvensional.

Sekilas, aplikasi ICANDO seperti edugames biasa untuk anak-anak di bawah enam tahun. Namun ternyata, aplikasi ini merupakan salah satu dari 12 mitra Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemdikbud RI). Jadi, eksistensinya resmi dan gebrakannya didukung langsung oleh Kemdikbud.

ICANDO sebetulnya telah ada sejak 2018 silam. Dari pantauan Homerie sebelum menurunkan tulisan ini, pengunduhnya saat ini sudah lebih dari 100.000, dengan review yang tergolong gemilang, yakni di atas 4 bintang.

Siapa di Balik ICANDO

Tim pembuat ICANDO terdiri dari para ahli kurikulum, praktisi pengajar, teknokrat di bidang pendidikan, serta kreator kreatif. Isinya dibuat sesuai dengan Kurikulum 2013 (K-13). Meskipun program ini tidak memfasilitasi anak-anak usia SD kelas II ke atas.

Alasannya, “Dari seluruh tingkatan pendidikan, bisa dibilang pendidikan usia dini yang mengalami tantangan paling berat. Hal ini dikarenakan masa-masa emas anak harus banyak dididik secara langsung dengan sentuhan pengajar,” kata Syaiful Lokan melalui keterangan persnya.

Direktur Utama sekaligus pendiri ICANDO ini memastikan bahwa aplikasinya mengajari anak membaca, menulis, menggambar, berhitung, mengenal alam, dan berbudi pekerti dengan berdasarkan gim atau permainan (game-based education) yang menarik, sehingga cocok untuk anak usia dini.

Aplikasi ini juga dilengkapi dengan voice recognition dan hand-written recognition.

Yuk, Kita Jajal ICANDO

Ada versi gratis, ada pula versi berbayar. Kami mencoba memulainya dengan langsung versi berbayar selama satu tahun. Karena jatuhnya jauh lebih murah. Lagi pula, kalau niatnya memang untuk mengganti pendidikan konvensional anak, mengapa harus tanggung mendaftar hanya untuk 2-3 bulan atau menggunakan gratisannya?

Setelah kami coba, aplikasi ini lebih seperti gim yang mengajak pemainnya (anak-anak usia dini) berpetualang di sebuah kota. Anak akan dipandu dengan ikon ICANDO yang bernama Pak Ken.

Dalam ICANDO, evaluasi belajar terjadi seperti permainan. Penilaiannya tidak melalui angka atau huruf tertentu. Jika si anak mampu menyelesaikan soal, dia akan mendapat pujian dan tanda bintang/piala. Jika terjadi sebaliknya, anak akan diminta mengulang dan tidak bisa lewat ke level berikutnya.

Di sana, ada banyak materi dan tantangan terkait pelajaran-pelajaran yang umumnya anak dapat dari guru-guru di TK konvensional. Hanya, di aplikasi ICANDO tentu visualisasinya lebih menggemaskan dan menarik bagi anak-anak. Jadi, anak-anak kemungkinan besar akan lebih betah bermain lama-lama.

Namun, eits, jangan salah! Orang tua atau pendamping juga dapat mengatur jam belajar/bermain itu. Misalnya, sepuluh menit, 20 menit, 30 menit, dan seterusnya. Setelah waktu tersebut habis, Pak Ken akan memperingatkan bahwa waktu belajar sudah habis dan anak bisa kembali belajar lagi keesokan harinya.

Tidak ada apa-apa lagi yang bisa diklik setelah waktu habis. Dengan demikian, anak mau tak mau akan meletakkan gawainya. Kekhawatiran bahwa si buah hati akan terus main ponsel pun terminimalisasi dengan sendirinya.

Waktu belajar dan bermain dapat diatur di aplikasi terpisah, yakni ICANDO Orang Tua. Demikian pula tentang “rapor” aktivitas anak selama ini. Semua terpantau di sana, meskipun dari pengamatan Homerie selama berbulan-bulan menggunakannya, masih banyak menu yang tidak dapat diakses.

Bagaimana pengalaman Kira bermain dan belajar melalui ICANDO? Penasaran seperti apa isi ICANDO? Simak video Homerie ini: