Pentingnya Berwisata bersama Anak-anak

Daftar Isi
Pentingnya Berwisata bersama Anak-anak

"Bun, kalau korona Omikronnya udah pergi, kita jalan-jalan lagi, yuk!" Begitu kata Kira setiap kami mengenang tempat-tempat yang pernah kami kunjungi melalui foto-foto dan video dokumentasi.

Sebelum pandemi, kami berempat memang suka piknik. Setiap pekan, kami jalan-jalan di dalam kota. Sementara berwisata ke luar kota, dua sampai tiga kali dalam setahun. Tidak bisa lebih, karena anak-anak punya jadwal sekolah. Dan kami sendiri ada pekerjaan harian, meskipun pekerjaan itu dilakukan di rumah.


Destinasi Wisata Bisa di Mana Saja

Destinasi Wisata Bisa di Mana Saja

Setiap keluarga pasti punya selera traveling masing-masing. Mungkin ada yang suka pergi ke tempat tertutup, alam bebas, atau lainnya. Ada yang senang suasana ramai, ada juga yang mencari suasana tenang.

Kalau Keluarga Kecil Homerie, sebisa mungkin menghindari mal atau pusat perbelanjaan. Sehari-hari berkutat di rumah, masa liburannya di dalam ruangan (indoor) juga? Kami baru pergi ke mal kalau ada keperluan, misalnya belanja pakaian atau alat-alat elektronik. Itu pun kalau bisa secara daring, kami lebih suka berbelanja daring.

Destinasi wisata kami biasanya tempat-tempat di luar ruangan (outdoor). Bisa taman kota, taman nasional, situs sejarah, atau lokasi-lokasi terbuka lainnya. Terkadang, kami mengunjungi museum juga. Meski bukan tempat outdoor, museum sarat akan edukasi. Jadi anak-anak dapat belajar sejarah di sana.

Tempat tertutup favorit kami yang lain? Hotel atau penginapan! Saat musim hujan, jalan-jalan ke luar kota atau di tempat terbuka terasa tidak efektif. Maka staycation-lah pilihan kami.

Suasana kamar hotel yang tenang, bersih, dengan interior yang berbeda cocok untuk melepas penat. Apalagi bila hotel itu memiliki fasilitas bermain, halaman yang luas, kolam renang, dan internetnya kencang. Kami seperti mendapat paket liburan yang lengkap.

Selama pandemi, sebelum situasinya separah sekarang, kami sebenarnya sempat jalan-jalan. Tentunya dengan menerapkan protokol kesehatan. Hanya berkeliling kompleks. Tetapi anak-anak cukup senang karena menemukan suasana yang berbeda dengan rumah.

Waktu yang Tepat untuk Jalan-jalan

Waktu yang Tepat untuk Jalan-jalan

Sebelum Ara memasuki usia sekolah, kami bisa bepergian kapan saja, tidak harus menunggu waktu liburan. Jadi jalanan tidak macet, tarif-tarif cenderung lebih murah, tempat wisata pun tidak ramai. Namun, sejak anak kami memasuki usia sekolah, bepergian pun harus menunggu waktu libur. Apalagi kalau ke luar kota.

Kadang-kadang, kalau sekalian ada urusan di hari kerja dan Ara sudah pulang sekolah, anak-anak kami ajak serta. Ara dan Kira selalu saja menemukan hal menarik di tempat yang kami datangi. Walaupun itu bukan tempat wisata. Ini juga yang membuat mereka tidak pernah rewel. Bahkan jika kami kehujanan, terjebak macet, atau berdesak-desakan di kendaraan umum.

Jadi, tidak ada masalah kami pergi kapan pun. Asalkan ada anggaran dan semua anggota keluarga dalam keadaan sehat walafiat.

Manfaat Jalan-jalan

Manfaat Jalan-jalan

Jangan salah, ada keluarga yang tidak suka piknik. Bagi mereka, buat apa jalan-jalan. Selain menghabiskan uang, juga waktu dan tenaga. Apakah Ayah-Bunda tergolong keluarga seperti ini? Tidak ada salahnya juga. Setiap keluarga, bahkan manusia, punya seleran dan hobi sendiri-sendiri.

Namun bagi kami, kegiatan yang konon menghabiskan uang, tenaga, dan waktu ini memiliki beberapa manfaat:

1. Penyegaran

Apapun profesi kita, baik kerja kantoran, atlet, profesional lepas, maupun ibu rumah tangga, tetap merasakan lelah setelah rutinitas. Demikian pula anak-anak yang mungkin bosan dengan kegiatan sehari-hari mereka.

Jalan-jalan dapat menyegarkan pikiran dan perasaan. Juga mencuci mata setelah menatap layar gawai dalam waktu yang lama.

Kalau sudah terkena udara luar, pikiran dan tubuh rasanya segar kembali. Bahkan, dengan jalan-jalan, tidak jarang kami mendapat inspirasi untuk melanjutkan aktivitas.

2. Mengenalkan Anak pada Dunia Luar

Dunia ini luas. Karena itu, jangan menyempitkan lingkup pergaulan kita. Jangan bersama orang-orang rumah, tetangga, atau teman kantor terus. Anak pun perlu menyadari luasnya dunia ini, melalui traveling. Jadi mereka tahu, ada kehidupan lain selain lingkungan sehari-harinya. Ada banyak orang dengan beragam karakter di luar sana.

Tidak punya dana? Siapa bilang kegiatan ini butuh dana besar! Tidak perlu berkeliling dunia, bila memang tidak mampu. Cukup menjelajahi tempat-tempat menarik di dalam kota atau di kota sebelah.

Yang terpenting, sebagaimana yang dijelaskan dalam buku Wherever You Go karya Daniel Houghton, “Berwisata memperluas pandangan kita terhadap dunia luar.”

3. Sarana Belajar

Belajar pun dapat dilakukan sambil jalan-jalan. Untuk praktisnya, ajak saja anak ke tempat-tempat wisata edukatif seperti museum, situs sejarah, atau taman.

Sekadar jalan-jalan di sekitar rumah pun sebenarnya bisa memberikan edukasi kepada anak-anak. Misalnya, dengan menghitung jumlah rumah dalam satu blok yang dilewati. Anak-anak juga bisa belajar memilah sampah organik dan anorganik, mengetahui flora-fauna di lingkungan, juga bersikap tanggung jawab terhadap alam.

4. Belajar Mandiri dan Fleksibel

Pertama kalinya kami pergi tanpa bantuan orang tua dan orang lain yaitu ketika Ara berumur 10 bulan. Saat itu, kami pulang kampung ke Bandung. Tentu selama perjalanan naik kereta api, tidak ada yang membantu kami. Ara rewel, Bunda yang menangani. Bunda ke toilet, gantian Yayah yang menjaganya.

Itu belum seberapa merepotkan dibanding ketika kami bertiga bertualang ke Semarang. Benar-benar menetap untuk liburan dan benar-benar bertiga. Ara sudah 1,5 tahun, tetapi tetap saja sering rewel. Bahkan sudah tiba di hotel (Pandanaran) pun dia tidak bisa diam, saking antusiasnya.

Acara liburan dan mudik berikutnya, Ara tidak lagi rewel di perjalanan. Lincah, iya. Minta ini-itu, masih. Namun, semua masih dalam batas-batas yang wajar.

Sementara Kira, beda cerita. Dia pertama kalinya menempuh perjalanan jauh ketika berumur 9 bulan. Ke Yogyakarta pertama-tama, lanjut ke Bandung. Kira rewel dalam perjalanan ke Yogyakarta dan ketika baru beberapa hari bertemu eyang Bandung dan saudara-saudaranya (yang sebelumnya tidak pernah berjumpa secara tatap muka).

Namun selepas itu, Kira dapat beradaptasi dengan lingkungan dan orang-orang baru.

Acara-acara tamasya selanjutnya kami lalui dengan menyenangkan. Mau pakai fasilitas bagus atau biasa saja, alhamdulillah, tidak pernah ada masalah yang berarti.

5. Memberi Petuah kepada Anak

Setiap anak pasti membuat kesalahan. Selaku orang tua, kita tidak tahan untuk menegur dan menasihati. Namun parahnya, kita juga kerap tidak bisa menahan emosi. Anak yang bandel ditambah orang tua yang emosi, klop!

Jika di rumah sulit menghadirkan suasana tenang, di luar rumah mungkin kita dapat memberikan suasana yang menyenangkan. Sambil jalan-jalan, lebih bagus lagi bila kebetulan menemukan sesuatu atau kejadian yang berkorelasi dengan masalah di rumah, kita bisa menjelaskan kepada anak hal-hal yang tidak seharusnya dia lakukan.

Pikiran mereka yang rileks dan dalam kondisi antusias niscaya lebih mampu menerima masukan.

6. Menjaga Hubungan Antaranggota Keluarga

Karena hanya ada orang tua dan anak, kepada siapa lagi kita meminta tolong saat butuh bantuan? Bahkan saat-saat sulit membuat kita menjadi lebih dekat satu sama lain. Karena hanya mereka yang kita punya dan harus kita jaga.

Menciptakan kedekatan ini bisa dimulai sejak mempersiapkan barang-barang yang akan dibawa, dengan cara mengajak anak mengemas pakaian di tas atau koper, atau menyiapkan bekal makanan. Anak pasti akan merasa senang terlibat dalam kegiatan tersebut.

7. Menjadi Kenang-kenangan

Ayah-Bunda tahu apa yang sering menjadi bahan obrolan kami selama karantina? Selain masa kecil, juga tentang liburan.

Pandemi yang berlangsung selama dua tahun itu membuat kami harus sering mendekam di rumah. Tak urung, kami jadi sering bernostalgia ke saat-saat kami liburan sebelumnya. Biasanya, kami melakukan ini sambil melihat foto-foto atau video-videonya.

Jadi bayangkan saja, Ayah-Bunda. Seandainya kita tidak pernah bersenang-senang mengunjungi suatu tempat, apa yang dapat anak-anak kenang dari masa kecilnya?

Sekadar informasi, bila Ayah-Bunda bingung atau tak ada waktu mengelola foto dan video yang diambil selama jalan-jalan, kami bersedia membantu mengolahnya menjadi kompilasi video yang menarik. Klik dan baca penjelasannya di tautan ini.

Tips Berwisata ala Homerie

Tips Berwisata ala Homerie

Setelah tahu bahwa jalan-jalan memiliki banyak manfaat, mari kita piknik! Nah, supaya acara jalan-jalan lebih menyenangkan, berikut ada beberapa tips:

  1. Tentukan tujuan dan cari tahu hal-hal tentang destinasi wisata yang diinginkan.
  2. Siapkan dana. Jangan dipas, tetapi jangan terlalu banyak membawa uang tunai. Sediakan juga uang cadangan untuk pengeluaran di luar dugaan. Usahakan kegiatan wisatanya tidak melebihi anggaran yang sudah kita siapkan.
  3. Bawa barang secukupnya. Kalau jalan-jalannya masih di dalam kota, bawa saja bekal makanan dan minum secukupnya, serta baju cadangan anak. Ayah-Bunda tidak mau melewatkan pemandangan cantik atau tidak bisa mencoba berbagai wahana permainan hanya gara-gara kerepotan bawa tas, bukan?
  4. Buat rencana cadangan. Ini supaya seandainya tempat wisata A penuh atau tutup, Ayah-Bunda dapat banting setir ke lokasi B.
  5. Siapkan alat dokumentasi, termasuk ponsel. Sebab, mungkin kita tidak akan mengunjungi tempat itu untuk kedua kalinya.
  6. Pahami bahwa terkadang kenyataan atau fakta di lapangan tidak seperti yang kita rencanakan. Bersiaplah menerima segala kemungkinan yang terjadi.

Seperti yang dikatakan dalam Minimalist Parenting, liburan bersama keluarga tidak harus mahal dan tidak harus ke tempat yang jauh. Yang penting, kita fokus ke kegiatan liburan tersebut. Bukan disambi kerja. Bukan pula direpotkan dengan barang-barang yang tidak perlu.

Dan jika traveling adalah kegiatan rutin, siapkan dana untuk itu supaya ketika tiba waktunya liburan, kita sudah siap tanpa harus mengganggu biaya lainnya.

Nah, karena wabah korona sudah mulai mereda, izinkan kami Keluarga Kecil Homerie mengucapkan: Selamat jalan-jalan, Ayah-Bunda!

Referensi

  • Houghton, Daniel. Wherever You Go, Tiller Press, 2019.
  • Koh, Christine & Asha Dornfest. Minimalist Parenting, Bibliomotion, 2013.