Uniknya Arsitektur Masjid Jami’ Al-Baitul Amien Jember
Ketika berkunjung ke Alun-Alun Jember, mata kami sulit menghindar dari Masjid Jami Al Baitul Amien. Atapnya sungguh unik, mirip gedung kura-kura MPR/DPR di Jakarta. Namun, ada sebuah menara di depan bangunan tersebut yang membuat kami yakin itu adalah masjid.
Masjid agung Jember ini berlokasi di seberang Kompleks Gedung Pemerintahan Kabupaten Jember dan di sebelah barat Alun-Alun Jember. Namanya Al Baitul Amien, yang berarti rumah yang dapat dipercaya.
Sejarah Masjid Jami’ Al Baitul Amien
Desain masjid berjuluk Masjid Jamur atau Masjid Tujuh Kubah ini merupakan hasil karya Yaying K. Keser A. I. A, seorang arsitek tamatan California, Amerika Serikat.
Dahulu, masjid ini terdiri atas dua bangunan masjid yang terpisah oleh jalan protokol Jember-Surabaya. Bangunan masjid lama dibangun pada zaman kolonial Belanda tanggal 19 Desember 1894. Lalu, masjid di jantung kota Jember itu direnovasi pada 1939 di sebelah selatan jalan.
Setelah zaman kemerdekaan, masjid diperluas di atas lahan 9.600 meter persegi pada 1972. Ada bangunan baru juga. Lalu pada 3 Mei 1976, Menteri Agama Prof. K.H. Mukti Ali meresmikannya.
Yang menarik, pembangunan masjid ini juga melibatkan peran serta masyarakat. Salah satu sumber dana pembangunan masjid berasal dari sumbangan padi atau gabah sebagai bagian dari zakat hasil bumi.
Arsitektur Masjid Jami’ Al Baitul Amien
Bentuk masjid yang bulat menggambarkan banyaknya kebutuhan manusia tanpa dibatasi oleh sudut-sudut tertentu. Kubah masjid Al Baitul Amien berjumlah tujuh. Menyimbolkan tingkatan bumi dan langit.
Bagian kubah induk, atau kubah terbesar di tengah-tengah, menjadi atap untuk ruang utamanya. Kemudian empat kubah lainnya yang terletak di sisi utara dan selatan menjadi atap dari ruang serambi (ruang tambahan salat). Sementara, kubah keenam dan ketujuh digunakan sebagai atap tempat wudu, yakni untuk laki-laki dan perempuan.
Dinding ruang utama masjid dihiasi oleh kaligrafi yang berisi perintah untuk mengerjakan rukun Islam.
Kita juga bisa melihat plafon yang sangat megah, yang ditopang oleh 17 pilar yang berjejer dengan rapi. Angka 17 di sini menunjukkan jumlah rakaat salat wajib dan tanggal Nuzulul Quran (17 Ramadan). Selain itu, angka 17 juga merupakan tanggal kemerdekaan Indonesia.
Keunikan lainnya terlihat dari mihrab dan mimbarnya. Ruang mihrab terdiri dari tiga lengkungan yang melukiskan trilogi risalah Islam, yaitu iman, Islam, dan ihsan.
Selain itu, pada lengkungan mihrab dituliskan Al-Qur’an Surat Thaha ayat 14. Sedangkan pada mihrab kanan dan kirinya terpampang lafaz Allah dan Muhammad. Tidak ketinggalan, di sekeliling kubah tertulis Surat An Nur, yang dimaksudkan sebagai petunjuk bagi jemaah.
Sementara itu, bagian lantai ruang utama ditutup dengan Marmer Carrara yang didatangkan khusus dari Italia. Pemilihan marmer ini lebih karena tidak ada marmer lain yang berukuran 120 x 60 cm atau sama dengan ukuran sajadah.
Pada trap lingkar di halaman Masjid Baitul Amien juga digunakan batu bata berongga dari keramik, sehingga tampak kokoh.
Fasilitas Masjid Jami’ Al Baitul Amien
Sebagai tempat ibadah, Masjid Jami’ Al Baitul Amien memiliki ruangan yang luas untuk menampung para jemaah. Tempat wudunya juga luas, baik untuk pria maupun wanita. Ada pula kolam pembersih kakinya. Ara dan Kira senang karena bisa bermain air saat menuju tempat wudu.
Toiletnya juga luas dan bersih. Sama halnya dengan tempat wudu, di toilet ini juga ada kolam pembersih kaki. Membuatnya terkesan adem, tetapi sekaligus sedikit merepotkan. Sebab, kami (terutama Bunda dan jemaah perempuan lainnya) harus menyingsingkan rok saat melewatinya.
Masjid ini juga dilengkapi dengan ruang kelas, ruang rapat, ruang tahlil, dan ruang perpustakaan. Agaknya, Masjid Jami’ Al Baitul Amien sengaja difungsikan sebagai “rumah” serbaguna bagi masyarakat Jember. Apalagi letaknya memang di dekat alun-alun, pusat peradaban tradisional sebuah kota.
Ketika kami berkunjung ke sini, salah satu ruangannya tampak digunakan untuk kegiatan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA). Beberapa yang kami lihat saat itu adalah mengaji dan praktik salat.
Tempat parkir masjid tertua di Jember ini juga luas, lo, Ayah-Bunda. Jadi, jika Ayah-Bunda kebetulan ke Jember naik kendaraan pribadi, jangan ragu untuk singgah di masjid ini. Selain untuk beribadah, juga mengistirahatkan kendaraan sambil kita berteduh dari teriknya kota. Menikmati keunikan arsitekturnya juga boleh.
Masjid Jami’ Al-Baitul Amien Jember
- Alamat: Jalan Sultan Agung, Tegal Rejo, Kelurahan Jemberlor, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember, Jawa Timur 68118 (Google Maps)
- Dibangun: (diduga) 19 Desember 1894
- Diresmikan: 3 Mei 1976
- Luas tanah: 9.600 m²
- Luas bangunan: 2.760 m²