Beginilah Kalau Pesanan GoCar Tidak Diperiksa dengan Teliti

Daftar Isi
Beginilah Kalau Pesanan GoCar Tidak Diperiksa dengan Teliti

Sore itu, 7 September 2024, kami pulang dari jalan-jalan. Posisi kami sedang singgah di Masjid Al-Falah Surabaya untuk salat Asar.

Terlalu letih untuk naik bus, kami memilih memesan taksi daring saja. Dengan demikian, kami bisa langsung turun di depan pagar rumah, tanpa perlu berjalan kaki lagi.

Jam menunjukkan pukul 15.20. Pesanan berhasil. Menurut aplikasi, mobil akan tiba dalam tujuh menit. Identitasnya, sejenis city car warna merah dengan plat nomor berakhiran dengan huruf WK.

Hebatnya, hanya sekitar satu menit setelah pemesanan, kami sudah melihat mobil itu di sisi utara masjid. Mobil kecil tersebut berwarna merah, plat nomornya juga terlihat sesuai.

Wow, cepat sekali! Yayah menduga, barangkali sopirnya baru saja salat di Masjid Al Falah juga, sehingga ia bisa langsung menerima order.

Kami pun menghampiri mobil itu. Yayah menyuruh Ara duduk di depan, jadi ia langsung membuka pintu depan. Sementara, Yayah membuka pintu penumpang di belakang.

“Sore, Pak,” sapa Yayah.

“Iya?” jawab sopir di jok depan sambil mengunyah makanannya.

Yayah langsung melongo melihat pemandangan di dalam mobil. Sungguh berantakan, penuh dengan kardus dan tas. Benar-benar tidak profesional sopir ini! batin Yayah.

“Cari siapa, Pak?” tanya sopir itu dengan ramah, membuat Yayah makin jengkel. Ia boleh datang lebih cepat dari estimasi kedatangan, tetapi dalam keadaan mobil kotor dan tidak siap begini? Ini parah! Minta diberi bintang satu?

Yayah pun menutup pintu belakang dan berjalan ke pintu depan yang sudah dibuka oleh Ara. Astaga, jok depan ternyata sama berantakannya dengan jok belakang. Pantas saja Ara tidak langsung masuk ketika pintu sudah terbuka.

Sopir itu tersenyum. Dengan santainya, ia melanjutkan memakan sekotak piza. Tidak ada tanda-tanda akan segera menyalakan mesinnya. Masa kami harus menunggu ia menghabiskan makanannya dahulu baru berangkat?

“Iya? Cari siapa?” ulang sopir muda itu. Kulitnya putih, berkaca mata, mungkin ia baru seumuran SMA atau mahasiswa.

Yayah jadi merasa ada yang salah dengan ini semua. “Ini GoCar, bukan?” tanyanya, memastikan sambil menyebut nama sopir yang tertera di aplikasi.

“Bukan, Pak,” jawab pemuda itu santai.

Yayah tertegun selama beberapa detik. Lalu, kejengkelannya seketika berubah menjadi ekspresi geli. Bertubi-tubilah permintaan maaf Yayah kepada sopir itu.

Hahaha....

Bisa membayangkan? Ia sedang enak-enak makan piza di mobilnya. Tiba-tiba, ada orang asing membuka pintunya. Pintu depan sekaligus pintu belakang! Sopir itu sebenarnya berhak marah, tetapi ia tetap terlihat ramah sampai pintu mobilnya kembali Yayah tutup dengan sopan.

Sambil berjalan menjauh dengan menahan malu, Yayah memeriksa ulang plat nomor mobil pesanannya di aplikasi. Ternyata, nomornya memang berbeda. Plat mobil itu juga ternyata berakhiran dengan WU, bukan WK.

Ara dan Kira langsung menyalahkan Yayah, “Makanya, diperiksa dengan teliti nomornya, Yayah!”

“Dari tadi pagi, Yayah ini eror terus. Ada apa, ya?” ejek Bunda.

Hahaha, tetapi apa salah Yayah? Selama ini, setiap pesan taksi daring, Yayah memang hanya memeriksa huruf-huruf awal dan akhirnya, plus warna mobilnya. Sejauh ini, tidak ada masalah dengan cara praktis itu. Baru sore itu, Yayah kena batunya.

Kami terus terbahak-bahak di pinggir jalan, tak jauh di belakang mobil tadi. Apalagi ketika city car merah yang kali ini benar-benar sesuai dengan aplikasi datang, sekira lima menit kemudian.

“Kalian lihat sendiri, kan? Mobilnya mirip sekali. Dan huruf plat nomornya juga mirip!” Yayah masih membela diri. Hehehe.