Bermalam di Kereta Api Mutiara Selatan
Semua rute kereta api Surabaya-Bandung sudah kami jajal. Argo Wilis, Turangga, Mutiara Selatan, Pasundan, bahkan KA Harina yang lewat jalur utara pun sudah bolak-balik kami naiki. Namun, memang ada beberapa kereta yang sudah jarang kami naiki. Salah satunya Mutsel, alias Mutiara Selatan.
Nah, kebetulan, sepulang mudik lebaran kemarin, kami tidak kebagian tiket pulang. Alternatif yang tersisa tinggal KA Mutiara Selatan. Ya sudah, bernostalgialah kami. Yang tidak kami sangka, ternyata sudah banyak perubahan yang membuat kami takjub di kereta legendaris ini! Apa saja?
Sejarah KA Mutiara Selatan

Bahkan jauh sebelum Yayah lahir, Kereta Api Mutiara Selatan sudah melayani relasi Surabaya-Bandung melalui lintas selatan Pulau Jawa. Pilihan kelasnya ada eksekutif dan bisnis. Diluncurkan pertama kali pada 17 Agustus 1972, Mutsel merupakan kereta penumpang tertua kedua di Indonesia setelah KA Bima.
Kereta ini sempat hanya melayani Kelas Bisnis pada 1999. Kami ingat, kami bertiga bolak-balik naik kereta ini pada 2015 untuk rute Surabaya Gubeng-Bandung dan sebaliknya. Kira waktu itu belum lahir.
Sebelum mengenal KA Ekonomi Pasundan, KA Mutsel memang jadi andalan yang paling sering kami tumpangi. Tiketnya tetap terjangkau, tetapi keretanya lebih bersih dan rapi dibanding kelas ekonomi.
Pada 2014-2016, rangkaian KA bisnis Mutiara Selatan sempat digunakan untuk pengoperasian kereta api Sarangan Ekspres, dan kembali melayani kelas eksekutif sejak 13 Maret 2017.
Mutsel lalu beroperasi menggunakan rangkaian kereta baja buatan INKA sejak 1 April 2019 dengan layanan Kelas Eksekutif dan Ekonomi Premium.
Karena selama beberapa waktu kami tidak lagi naik Mutsel, terlebih setelah subsidinya dicabut, kami sempat melewatkan info terbaru mengenai KA Mutiara Selatan. Tahu-tahu, kereta ini memperpanjang rutenya sampai Malang, bahkan Jakarta. Wow! Jadi berapa lama, tuh, waktu tempuhnya?
Namun kemudian, rute KA Mutiara Selatan diubah lagi ke rute semula: Surabaya Gubeng-Bandung dan sebaliknya. Penyebabnya, tingkat okupansi penumpangnya tidak banyak. Mungkin karena waktu tempuhnya yang kelamaan.
Mulai 1 Februari 2025, bertepatan dengan pemberlakuan grafik perjalanan kereta api (Gapeka) 2025, KA Mutiara Selatan saling bertukar rangkaian di Depo Bandung, dengan kereta api Harina Pagi yang memiliki relasi Bandung-Surabaya melalui lintas utara Pulau Jawa.
Jadwal, Rute, Harga Tiket KA Mutsel

Dengan jarak tempuh sejauh 696 kilometer, Kereta Api Mutiara Selatan hanya memerlukan waktu 11 jam 5 menit untuk rute Surabaya Gubeng-Bandung, dan 10 jam 42 menit untuk rute Bandung-Surabaya Gubeng.
Rute dan stasiun pemberhentiannya meliputi Surabaya Gubeng, Mojokerto, Jombang, Kertosono, Nganjuk, Madiun, Walikukun, Solo Balapan, Yogyakarta, Kutoarjo, Kebumen, Karanganyar, Gombong, Kroya, Maos, Banjar, Ciamis, Tasikmalaya, Cipeundeuy, Kiaracondong, dan Bandung.
Dari Stasiun Bandung, kereta ini berangkat pukul 20.00 dan tiba di Stasiun Surabaya Gubeng pukul 06.42. Sedangkan dari Surabaya Gubeng, KA Mutiara Selatan berangkat pukul 18.10 dan tiba di Stasiun Bandung pukul 05.15.
Harga tiketnya bervariasi. Untuk kelas Ekonomi Premium, harganya berkisar Rp260.000-Rp430.000. Sedangkan Kelas Eksekutif, harganya berkisar Rp390.000-Rp 650.000.
Fasilitas KA Mutiara Selatan

Rangkaian Mutsel terdiri dari tiga gerbong Kereta Eksekutif jenis Stainless Steel (SS) alias baja, empat gerbong Kereta Ekonomi Premium, dan satu gerbong kereta makan.
Ada perbedaan fasilitas Kelas Eksekutif dan Ekonomi Premium. Kelas Eksekutif terdiri dari 13 baris kursi dengan reclining seat (kursi yang dapat direbahkan) dan model captain seat yang dipisahkan oleh arm rest.
Kursi dapat diatur sudut sandarannya, bisa diputar, dan dilengkapi dengan pijakan kaki. Tempat duduknya berkonfigurasi 2-2 (AB-CD) dengan kursi bernomor huruf A dan D terletak di dekat jendela.
Di kelas ini, terdapat AC sentral, stop kontak untuk mengisi daya perangkat elektronik ringan (ponsel, laptop, dan semacamnya), layanan makan dan minum selama perjalanan, serta toilet dengan fasilitas yang bersih dan terawat.
Untuk Kelas Ekonomi Premium, kursinya juga berkonfigurasi 2-2 (AB-CD) yang lebih luas dibandingkan dengan kelas ekonomi subsidi. Namun, dalam satu gerbong, terdapat 20 baris kursi dengan tipe individual yang dipisahkan oleh arm rest.
Kursinya juga tidak berhadapan dan tidak dapat diputar, tetapi sandaran kursi bisa disesuaikan sudutnya (reclining seat). Kalau Ayah-Bunda pergi bersama anak-anak dan ingin duduk berhadapan, silakan memesan kursi di bagian tengah (nomor 10-11). Di kursi nomor ini, kursinya berhadap-hadapan.
Fasilitas lainnya sama saja dengan kelas eksekutif: AC sentral, layanan makanan dan minuman ringan, stop kontak di beberapa tempat duduk, dan toilet yang terjaga kebersihannya.
Dibandingkan Kelas Bisnis sebelumnya, KA Mutiara Selatan Kelas Ekonomi Premium justru lebih baik. Rasanya, hampir sebagus Kelas Eksekutif. Hanya kalau Eksekutif jumlah penumpang maksimalnya 50, gerbong Ekonomi Premium berkapasitas 80 penumpang.
KA Mutiara Selatan menawarkan fasilitas yang nyaman. Namun, karena kereta malam, kemungkinan besar kita tidak menikmatinya karena tidur selama perjalanan. Bangun-bangun, kereta kami sudah sampai Kertosono. Tinggal beberapa jam lagi sebelum tiba di Surabaya, hehehe.
Selain itu, laju kereta juga melaju cepat seperti KA Harina. Padahal, ini jalur selatan. Apa karena rutenya menuju Surabaya, jadi tipografi relnya tidak menanjak seperti dari arah Surabaya? Jadi keretanya “menurun”, sehingga dapat berlari lebih gegas.
Kereta Api Mutiara Selatan
- Kelas: Ekonomi Premium dan Eksekutif
- Kapasitas Penumpang: 80 untuk Ekonomi Premium dan 50 untuk Eksekutif
- Harga Tiket: Eksekutif Rp390.000-Rp 650.000, Ekonomi Premium Rp260.000-Rp430.000
- Rute: Surabaya Gubeng, Mojokerto, Jombang, Kertosono, Nganjuk, Madiun, Walikukun, Solobalapan, Yogyakarta, Kutoarjo, Kebumen, Karanganyar, Gombong, Kroya, Maos, Banjar, Ciamis, Tasikmalaya, Cipeundeuy, Kiaracondong, dan Bandung.
- Jam operasional: Bandung-Surabaya Gubeng (20.00-06.42), Surabaya Gubeng-Bandung (18.00-05.15)