Mondar-Mandir bersama Commuter Line Bandung Raya

Table of Contents
Mondar-Mandir bersama Commuter Line Bandung Raya 

Beruntung sekali ada kereta api jalur selatan yang berhenti di Cicalengka. Padahal, kampung halaman Bunda ini hanya sekelas kecamatan di Bandung. Warga jadi memiliki alternatif moda transportasi umum untuk menuju kota selain dengan bus atau angkot. Moda itu bernama Commuter Line Bandung Raya.

Sebelum itu, kereta ini disebut Kereta Api Diesel atau KRD Bandung Raya. KRD Baraya beroperasi sejak Bunda masih kecil. Gerbongnya menggunakan rangkaian kereta ekonomi jarak jauh yang difungsikan sebagai kereta api lokal. Ada kursi yang berhadap-hadapan layaknya kereta api jarak jauh, ada juga yang konsepnya seperti kereta komuter.

Sejarah Komuter Bandung Raya

Kereta api dengan relasi Cianjur-Padalarang-Bandung ini mulai beroperasi pada 17 Mei 1884, bersamaan dengan dibukanya jalur kereta api Cianjur-Bandung. Rute terakhir sebetulnya di Cicalengka. Namun, karena pembangunan rel Bandung-Cicalengka belum selesai, maka rutenya hanya sampai Bandung.

Pada 17 Februari 1983, Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) Eksploitasi Barat mulai mengoperasikan KRD Bandung Raya untuk rute Padalarang-Cicalengka. Layanan tersebut menggunakan dua rangkaian kereta rel diesel, yang terdiri dari dua kereta penumpang dan satu kereta barang.

KRD Bandung Raya mengangkut sekitar 45 ribu penumpang selama pekan pertama pengoperasian. Sejak 1988, KA ini tercatat memiliki frekuensi perjalanan sebanyak 16 kali pergi-pulang.

Pada 2015, KRD Baraya menggunakan rangkaian kereta bekas KA Patas AC dan KA Penataran Ekspres yang berhenti beroperasi.

Lalu mulai 1 April 2022, terdapat perubahan manajemen dari Kereta Api Commuter Line Bandung Raya, yang sebelumnya dikelola oleh Kereta Api Indonesia. Sejak itu, Kereta api Commuter Line Bandung Raya mengalami berbagai pengembangan, salah satunya infrastruktur stasiunnya.

Mulai 1 Juni 2023, bersamaan dengan pemberlakuan grafik perjalanan kereta api, nama layanan kereta api ini berubah dari "KA Bandung Raya Ekonomi" menjadi "Commuter Line Bandung Raya".

Dahulu, pernah ada KRD Patas. Ini alternatif “mewah” dari KRD biasa yang terkesan kumuh, maklum tiketnya cuma seribu perak untuk jarak Bandung-Cicalengka (15 tahun yang lalu). Dengan tiket 5.000 untuk jarak yang sama, KRD Patas dapat tampil lebih terawat, bersih, dan waktu tempuhnya lebih singkat.

Nah, setelah KRD Patas yang melayani jalur ini berhenti beroperasi, KRD Bandung Raya memanfaatkan kereta api bekasnya.

Sementara itu, circa tahun 2005, lahir KRD Baraya Geulis. Kalau KA Patas menghubungkan rute Bandung-Cicalengka, KRD Baraya Geulis menghubungkan Padalarang-Cicalengka. Sama dengan KRD, tetapi beda kelas. KRD Baraya Geulis kelas bisnis, sama seperti Patas.

Pengalaman Naik Commuter Line Bandung Raya

Pengalaman Naik Commuter Line Bandung Raya

Kapasitas penumpang dalam satu rangkaian kereta api ini adalah sekitar 742 kursi. Satu rangkaian itu terdiri dari tujuh kereta kelas ekonomi.

Fasilitasnya sama saja dengan kereta api ekonomi lainnya: toilet, tempat duduk, AC, dan colokan listrik. Namun, ini sudah peningkatan yang luar biasa.

Pertama kali Bunda naik KRD Bandung Raya waktu masih kecil. Lalu berlanjut sampai mahasiswa. Bunda memang sering mondar-mandir dengan kereta murah-meriah ini.

Jangan ditanya bagaimana suasananya. Kumuh sekali, waktu itu. Banyak yang duduk lesehan kalau tidak kebagian tempat duduk. Terutama kalau kebagian kereta yang tempat duduknya memanjang di pinggir jendela seperti kereta komuter pada umumnya.

Selain itu, KRD Bandung Raya juga berisik oleh pedagang yang lalu lalang, tangis anak kecil yang mungkin merasa tidak nyaman dengan suasana yang sesak, dan yang patut diwaspadai: pencopet.

Kondisi seperti ini masih Bunda rasakan sekarang. Meskipun pemesanan tiketnya sudah lebih canggih dan keamanannya lebih terjamin, suasana sesak oleh penumpang tidak pernah hilang. Apalagi saat liburan sekolah dan Lebaran.

Namun, justru karena selalu penuh itulah terbukti, KRD Bandung Raya selalu dibutuhkan masyarakat. Betapa tidak, hanya dengan goceng, Ayah-Bunda sudah bisa melakukan perjalanan Bandung-Cicalengka (atau sebaliknya) dalam waktu tidak sampai satu jam.

Jangan lihat sesaknya. Lihatlah keluar jendela. Kereta ini membelah sawah dan kota dengan latar gunung atau bangunan-bangunan tinggi. Menarik sekali, terutama bagi wisatawan. Kalau bagi orang-orang yang sehari-harinya naik KRD Bandung Raya, sih, kesannya mungkin biasa saja. Hehehe.

KRD atau Commuter Line Bandung Raya

  • Kelas: Public Service Obligation (PSO) atau Ekonomi Subsidi 
  • Harga Tiket: Rp5.000
  • Kapasitas Penumpang: 106
  • Rute: Padalarang, Gadongbangkong, Cimahi, Cimindi, Ciroyom, Bandung, Cikudapateuh, Kiaracondong, Gedebage, Cimekar, Rancaekek, Haurpugur, Cicalengka.
  • Jam Operasional: 04.00-22.00